Visitors

Kamis, 14 Mei 2015

Journey 1 : JOG, JOG, JOGJA!

Hi Lucky People! 

     Kamis, 19 Maret 2015 lalu merupakan hari terpenting dalam Journey-ku. Mengapa? Karena semenjak hari itu, aku kerap dihadiahi perjalanan sigkat keliling Jawa dari Allah SWT. Ya, walaupun sebenarnya itu bukanlah rekreasi, tapi ayolah, ini juga menyenangkan. Dan Ya, walaupun sebelum-sebelumnya aku juga sudah pergi ke beberapa tempat termasuk luar negri, tapi, kali ini rasanya beda. Karena ini bukan bertemakan "liburan".

Mari aku ceritakan, sobat.
Me & Dad
   Aku memulai hari Kamis itu dengan datang ke PSA untuk mencetak KRS semester genap ku di akuntansi Gunadarma. Seharusnya hari ini aku ada jadwal ILab dan Akdas, tapi berhubung aku akan bertolak ke Yogyakarta sore ini, aku terpaksa membiarkannya alpa. 
   Waktu menunjukkan tepat jam 3 sore, belum ada kabar apa pun dari bapak ku yang datang dari Medan untuk menemaniku ke Yogyakarta. Kau tahu, aku perempuan, pertama kali ke Yogya, dan Mamaku type seperti itu, itulah mengapa Bapak ikut. Tak lama, beliau pun tiba di kos ku. Beliau beristirahat sejenak, sementara aku mempersiapkan diri.
    Kereta Api Senja Utama Yogya yang kami naiki berangkat pukul 20.00 WIB  sementara kami sudah tiba di stasiun PSE sejak pukul 6 sore. Cepat sekali? Yaaa, kami pikir sama halnya dengan naik pesawat, sejam sebelum keberangkatan kita sudah wajib ada di stasiun. You know, Its our first time travelled by train. HeHe.
    Jadi kereta api kelas bisnis itu seperti ini. Oh. Jadi naik kereta itu rasanya seperti ini, tidur dengan posisi tubuh seperti ini benar-benar challange bagiku. 8 jam perjalanan dengan tidur-tidur ayam aku rasa bukan masalah besar..

foto: tempatpariwisata.com 
    Jumat, 20 Maret 2015 kami tiba di Stasiun Tugu-Yogyakarta pada pukul 5 dini hari. Ya jelas sekali aku masih mengantuk, badan ku cukup remuk, wajahku berminyak, dan aku harus segera sholat subuh sebelum waktunya habis. Selepas itu semua, aku dan bapak keluar dari stasiun dan mencoba meraba dimana kami sekarang. Ya, seharusnya tidak begitu sulit, karena bapak sudah pernah kemari sebelumnya, tapi...itu bertahun-tahun yang lalu waktu aku masih kelas 2 SD.  Tapi benar saja, tidak begitu sulit. Ternyata stasiun Tugu bersebelahan dengan Malioboro st.

    Setelah beberapa menit mencari penginapan, akhirnya kami memilih sebuah losmen. Ayolah sobat, kau kemari bukan untuk menikmati penginapannya kan? Tapi Ygyanya bukan? Ini tak apa. Aku juga tidak butuh tidur di hotel. Lagian penginapannya pada penuh berhubung ini weekend.
Cocok untuk budget minim, namun nyaman, bersih, dekat Malioboro st. Just FYI:
Nuri Losment, terletak di Malioboro st. tepatnya di Jl.Sosrowijayan Wetan GT I/7. Telp: (0274) 543654., atau Arimbi Sakura Hotel  Jl.Sosrowijayan Wetan GT I/75. Telp: (0274) 581711. Dan masih banyak lainnya, jangan khawatir. Hahhahaha.
    Hari-hari disana aku isi dengan mempersiapkan diri untuk tes FK ku di UMY dan UII. Aku mengikuti tes CBT di UMY, mengambil paket. Di satu paket itu, aku bisa mengikuti 3x tes CBT di waktu yg aku tentukan. Tesnya berupa tes TPA. Tapi yahhh, bukan rejeki adek bang. Kemudian aku mengikuti tes di UII, tesnya PBT. Materi: IPA, Agama, BI, Eng. (seingatku sihh itu). Ada beberapa soal yang aku ragu jawabannya, tapi aku pilih saja yang mana yg paling mungkin.  Tapi dari kedua tes di dua Univ yang berbeda sama-sama hanya memberikan para calon mabanya waktu yang minim dalam ujian. Jadi, harus cepat-cepat berfikir!
    Adakah yang ingin diketahui lebih lanjut mengenai UII dan UMY? Baiklah, saya akan memaparkan pengalaman FK ku ini lebih rinci di postingan yang lain. 
     
Hari-hari tes ku sudah selesai. Waktunya menikmati Yogyakarta!!!!!!!

     Aku dan Bapak pergi kebeberapa tempat wisata yang ada di dekat dengan pusat kota Yogyakarta saja karena kami hanya punya waktu 1 hari untuk menikmati Yogya. Kami tidak sempat untuk berkunjung ke candi-candi maupun ke pantai-pantai yang indah di Yogya. Yah, tapi ini saja sudah membuatku senang.
 
Me & Dad at Situs Tamansari
    Kami berkunjung ke Keraton Yogyakarta. Kemudian ke Situs Tamansari., yang dimana tempat ini adalah tempat pemandian para petinggi keraton, seperti sultan, ratu, dan para selirnya (kalau saya tidak salah ingat). Letaknya tidak jauh dari Keraton Jogja itu sendiri.
   Tak jauh dari Situs Tamansari, ada  Masjid Sumur Gumuling. Bentuknya sudah tak sempurna lagi, hanya tinggal puing-puingnya saja. Tapi bukan berarti kita tidak dapat melihat bentuknya loh yaa.
Di dalam nya kita bisa lihat ada 5 buah anak tangga yang mempunyai maknanya tersendiri. Aku lupa apa, yang jelas hal yang mendasar menegenai Islam. Banyak juga pengunjung di tempat ini. Yah, ketika berkunjung aku sempat membayangkan bagaimana keadaan atau suasananya ketika situs ini masih dipakai atau pada ketika masa jaya - jayanya.
 
   Aku dan Bapak kembali ke penginapan untuk membersihkan badan dan sholat. Malamnya, kami berkeliaran lagi, kali ini hanya di Malioboro st. saja. Not go anywhere else. Menikmati santap malam di malam terakhir di Yogyakarta. Apa yang membuat Yogya terasa Yogya? Yang paling jelas aku sadari ialah, di Malioboro st. ini ternyata dipasang pengeras suara yang mengalunkan lagu-lagu khas, aduh, gatauu sih apa namanya. Yang jelas lagunya berbahasa jawa aja,hehe. Lagu-lagu ini disiarkan melalui radio lokal. Selain itu, di Malioboro st. ini yang membuatku merasa Yogya ialah Yogya adalah datangnya pengamen tanpa henti. Aku dan Bapak sedang makan, kemudian datang pengamen A, pengamen A pergi datang B, begitu seterusnya. Awalnya terhibur, cukup menyenangkan.Tapi lama kelamaan, aku merasa sedikit risih, well you know, aku merasa kurang nyaman saja jika di ganggu tanpa henti seperti itu.
foto : Mirota Batika (yogyakarta.panduanwisata.id)

   Selepas santap malam, kami berkeliling Malioboro st. Ya, apalagi kalau bukan mencari oleh-oleh.  Bukan orang Indonesia namanya kalau pergi kesuatu tempat tampa membawa oleh-oleh, yakan?HAHA. Pilihan yang disuguhkan yaaa pasti, Batik. Oleh-olehnya? Ya jelas, Batik. Selain itu, ada juga oleh-oleh jajanan khas Yogyakarta, yaitu pathuk (seperti itu kah tulisannya?). Yang jelas sih, kalau di Yogya, kita gausa bingung mau beli jajanan khas nya dimana atau Dagadu dimana dan mau naik apaa, karena bapak-bapak tukang becak disini berbaik hati sekali mengantarkan kita ketempat-tempat tersebut hanya dengan Rp 10.000 saja.
   Saran aku, jika Anda ingin main ke Yogyakarta sih, siapin duit tebelan. Bukan. Bukan perihal tempat wisata, atau penginapan, atau makanannya yang mahal, tapi perihal transportasi. Karena di Yogyakarta tidak memiliki kendaraan umum yang cukup banyak. Ya mereka punya, tapi hanya di rute tertentu (tidak semua rute), dan Anda sebagai pelancong belum cukup paham akan hal itu kan? Maka jalan satu-satunya adalah taksi. Oh ya, belum selesai, tips selanjutnya adalah simpanlah contact person mas tukang taksi nya atau nomer telpon customer service taksinya. Ya, kalau bisa Anda simpan lebih dari satu. Karena jika Anda mengharapkan adanya taksi lewat baru Anda stop, itu sulit, bung! Jarang ada taksi lewat! Kecuali sih di Malioboro st.-nya atau jalan lainnya di tengah kota.
    Tepat jam 6 sore, aku dan bapak sudah berada di St. Tugu untuk kembali ke Jakarta. Well, perjalanan singkat ini cukup menyenangkan.


SEE YOU YOGYA!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar