Visitors

Kamis, 21 Mei 2015

Sistem Kurs Valuta Asing

foto: moneycrashers.com

Berikut klasifikasi mekanisme penentuan sistem kurs:

1. Gold Standard System or Fixed Rate System
     1870, Inggris adalah negara pertama yang menggunakan sistem standar emas yang dimana masing - masing mata uang Inggris kala itu mengandung emas tertentu. Dalam sistem ini, bank sentral berkewajiban untuk selalu memperjualbelikan emas kepada masyarakat dengan harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 
    Sistem ini membuat kurs valuta asing relatif stabil yang dapat berubah di sekitar titik paritas arta yasa dan dibatasi titik ekspor emas serta titik impor emas. Keuntungan lainnya berupa  defisit atau surplus neraca pembayaran berlangsung tidak terlalu lama, melainkan secara otomatis menyusut sehingga dapat kembali ke keadaan seimbang lagi.
    Sebuah sistem devisa/kurs mata uang dapat disebut sebagai sistem standar emas, apabila memenuhi syarat-syarat pokok sebagai berikut.
a. Nilai mata uang negara tersebut dinyatakan dengan emas.
b. Emas dalam jumlah yang tak terbatas, bebas ke luar masuk negara itu.
c. Badan moneter negara tersebut selalu bersedia membeli atau menjual emas berdasarkan perbandingan
    nilai yang telah ditentukan. 

2. Floating Exchange Rate System (Sistem Kurs Mengambang/Sistem Kurs Bebas)
     Sistem kurs mengembang ialah adanya tarik menarik kekuatan pasar antara suatu mata uang tertentu dengan mata uanglainnya yangsengaja dibiarkan untuk ditentukan secara bebas. Kurs bebas dapatdigunakan sebagai pedoman dalam menentukan nilai mata uang dalam negeri yang dinyatakan dalam emas. 
     Ada dua macam sistem kurs mengambang, yaitu:
 a. Sistem kurs mengambang yang murni (clean float)
     Tanpa adanya campur tangan dari pemerintah, sehingga dalam hal ini pemerintah tidak berusaha untuk menstabilkan kurs valuta asing.
b. Sistem kurs mengambang kurang murni (dirty float atau managed floating exchange rate)
     Ada campur tangan pemerintah yang berperan sebagai penguasa moneter melalui pasar. Dalam hal ini, pemerintah secara aktif melakukan upaya untuk menstabilkan kurs valuta asing. 

3. Pagged Rate System (Sistem Kurs Tambatan)
     Pada sistem ini mata uang yang digunakan pada negara tertentu tidak berkaitan secara langsung dengan emas, kurs valuta asing ditetapkan oleh pemerintah, dan tidak berlakunya kuota valuta asing.Pada sistem ini diperlukan cadangan internasional yang besar, terutama bagi negara-negara yang ekspor dan impornya mempunyai sifat musiman yang kuat. Kurs valuta asingnya relatif lebih stabil terutama bila dibandingkan kurs valuta asing dalam sistem kurs bebas yang murni. Kurs valuta asing kecil kemungkinannya dapat stabil seperti kestabilan sistem standar emas ataupun dalam sistem pengawasan devisa. 
Suatu negara menggunakan sistem kurs tambatan apabila memenuhi syarat-syarat pokok berikut ini.
     a. Mata uang dalam negeri tidak convertible terhadap emas.
     b. Tidak ada pembatasan mengenai penggunaan valuta asing.
     c. Kurs valuta asing ditentukan oleh pemerintah. 

4. Managed Float/Dirty Float (Sistem Kurs Mengambang Terkendali atau Kurs yang Distabilkan)
    Sistem inilah yang sampai saat ini masih digunakan semenjak Sistem Bretton Woods sudah mulai tidak dipergunakan lagi sejak 1972. Penentuan kurs diserahkan pada kekuatan pasar. 
    Sistem moneter internasional yang berlaku sekarang memiliki beberapa kriteria, di antaranya sebagai berikut.
a. Kurs Devisa
   Dalam kurs devisa, negara anggota IMF mempunyai kebebasan dalam mengatur dan menentukan kurs devisanya. Sekalipun bebas, namun peranan IMF dalam usaha menjamin terlaksananya kerja sama internasional di bidang moneter masih tetap dipertahankan, untuk usaha pengaturan devisa secara tertib dan mewujudkan sistem kurs devisa yang stabil.

b. Special Drawing Right (SDR)
    SDR pada tahun 1968 disebut sebagai paper gold atau emas kertas karena SDR mempunyai fungsi sebagai emas moneter sehingga SDR merupakan uang yang dapat digunakan untuk melunasi kewajiban membayar.


sumber:
ssbelajar.blogspot.com

Kamis, 14 Mei 2015

Journey 1 : JOG, JOG, JOGJA!

Hi Lucky People! 

     Kamis, 19 Maret 2015 lalu merupakan hari terpenting dalam Journey-ku. Mengapa? Karena semenjak hari itu, aku kerap dihadiahi perjalanan sigkat keliling Jawa dari Allah SWT. Ya, walaupun sebenarnya itu bukanlah rekreasi, tapi ayolah, ini juga menyenangkan. Dan Ya, walaupun sebelum-sebelumnya aku juga sudah pergi ke beberapa tempat termasuk luar negri, tapi, kali ini rasanya beda. Karena ini bukan bertemakan "liburan".

Mari aku ceritakan, sobat.
Me & Dad
   Aku memulai hari Kamis itu dengan datang ke PSA untuk mencetak KRS semester genap ku di akuntansi Gunadarma. Seharusnya hari ini aku ada jadwal ILab dan Akdas, tapi berhubung aku akan bertolak ke Yogyakarta sore ini, aku terpaksa membiarkannya alpa. 
   Waktu menunjukkan tepat jam 3 sore, belum ada kabar apa pun dari bapak ku yang datang dari Medan untuk menemaniku ke Yogyakarta. Kau tahu, aku perempuan, pertama kali ke Yogya, dan Mamaku type seperti itu, itulah mengapa Bapak ikut. Tak lama, beliau pun tiba di kos ku. Beliau beristirahat sejenak, sementara aku mempersiapkan diri.
    Kereta Api Senja Utama Yogya yang kami naiki berangkat pukul 20.00 WIB  sementara kami sudah tiba di stasiun PSE sejak pukul 6 sore. Cepat sekali? Yaaa, kami pikir sama halnya dengan naik pesawat, sejam sebelum keberangkatan kita sudah wajib ada di stasiun. You know, Its our first time travelled by train. HeHe.
    Jadi kereta api kelas bisnis itu seperti ini. Oh. Jadi naik kereta itu rasanya seperti ini, tidur dengan posisi tubuh seperti ini benar-benar challange bagiku. 8 jam perjalanan dengan tidur-tidur ayam aku rasa bukan masalah besar..

foto: tempatpariwisata.com 
    Jumat, 20 Maret 2015 kami tiba di Stasiun Tugu-Yogyakarta pada pukul 5 dini hari. Ya jelas sekali aku masih mengantuk, badan ku cukup remuk, wajahku berminyak, dan aku harus segera sholat subuh sebelum waktunya habis. Selepas itu semua, aku dan bapak keluar dari stasiun dan mencoba meraba dimana kami sekarang. Ya, seharusnya tidak begitu sulit, karena bapak sudah pernah kemari sebelumnya, tapi...itu bertahun-tahun yang lalu waktu aku masih kelas 2 SD.  Tapi benar saja, tidak begitu sulit. Ternyata stasiun Tugu bersebelahan dengan Malioboro st.

    Setelah beberapa menit mencari penginapan, akhirnya kami memilih sebuah losmen. Ayolah sobat, kau kemari bukan untuk menikmati penginapannya kan? Tapi Ygyanya bukan? Ini tak apa. Aku juga tidak butuh tidur di hotel. Lagian penginapannya pada penuh berhubung ini weekend.
Cocok untuk budget minim, namun nyaman, bersih, dekat Malioboro st. Just FYI:
Nuri Losment, terletak di Malioboro st. tepatnya di Jl.Sosrowijayan Wetan GT I/7. Telp: (0274) 543654., atau Arimbi Sakura Hotel  Jl.Sosrowijayan Wetan GT I/75. Telp: (0274) 581711. Dan masih banyak lainnya, jangan khawatir. Hahhahaha.
    Hari-hari disana aku isi dengan mempersiapkan diri untuk tes FK ku di UMY dan UII. Aku mengikuti tes CBT di UMY, mengambil paket. Di satu paket itu, aku bisa mengikuti 3x tes CBT di waktu yg aku tentukan. Tesnya berupa tes TPA. Tapi yahhh, bukan rejeki adek bang. Kemudian aku mengikuti tes di UII, tesnya PBT. Materi: IPA, Agama, BI, Eng. (seingatku sihh itu). Ada beberapa soal yang aku ragu jawabannya, tapi aku pilih saja yang mana yg paling mungkin.  Tapi dari kedua tes di dua Univ yang berbeda sama-sama hanya memberikan para calon mabanya waktu yang minim dalam ujian. Jadi, harus cepat-cepat berfikir!
    Adakah yang ingin diketahui lebih lanjut mengenai UII dan UMY? Baiklah, saya akan memaparkan pengalaman FK ku ini lebih rinci di postingan yang lain. 
     
Hari-hari tes ku sudah selesai. Waktunya menikmati Yogyakarta!!!!!!!

     Aku dan Bapak pergi kebeberapa tempat wisata yang ada di dekat dengan pusat kota Yogyakarta saja karena kami hanya punya waktu 1 hari untuk menikmati Yogya. Kami tidak sempat untuk berkunjung ke candi-candi maupun ke pantai-pantai yang indah di Yogya. Yah, tapi ini saja sudah membuatku senang.
 
Me & Dad at Situs Tamansari
    Kami berkunjung ke Keraton Yogyakarta. Kemudian ke Situs Tamansari., yang dimana tempat ini adalah tempat pemandian para petinggi keraton, seperti sultan, ratu, dan para selirnya (kalau saya tidak salah ingat). Letaknya tidak jauh dari Keraton Jogja itu sendiri.
   Tak jauh dari Situs Tamansari, ada  Masjid Sumur Gumuling. Bentuknya sudah tak sempurna lagi, hanya tinggal puing-puingnya saja. Tapi bukan berarti kita tidak dapat melihat bentuknya loh yaa.
Di dalam nya kita bisa lihat ada 5 buah anak tangga yang mempunyai maknanya tersendiri. Aku lupa apa, yang jelas hal yang mendasar menegenai Islam. Banyak juga pengunjung di tempat ini. Yah, ketika berkunjung aku sempat membayangkan bagaimana keadaan atau suasananya ketika situs ini masih dipakai atau pada ketika masa jaya - jayanya.
 
   Aku dan Bapak kembali ke penginapan untuk membersihkan badan dan sholat. Malamnya, kami berkeliaran lagi, kali ini hanya di Malioboro st. saja. Not go anywhere else. Menikmati santap malam di malam terakhir di Yogyakarta. Apa yang membuat Yogya terasa Yogya? Yang paling jelas aku sadari ialah, di Malioboro st. ini ternyata dipasang pengeras suara yang mengalunkan lagu-lagu khas, aduh, gatauu sih apa namanya. Yang jelas lagunya berbahasa jawa aja,hehe. Lagu-lagu ini disiarkan melalui radio lokal. Selain itu, di Malioboro st. ini yang membuatku merasa Yogya ialah Yogya adalah datangnya pengamen tanpa henti. Aku dan Bapak sedang makan, kemudian datang pengamen A, pengamen A pergi datang B, begitu seterusnya. Awalnya terhibur, cukup menyenangkan.Tapi lama kelamaan, aku merasa sedikit risih, well you know, aku merasa kurang nyaman saja jika di ganggu tanpa henti seperti itu.
foto : Mirota Batika (yogyakarta.panduanwisata.id)

   Selepas santap malam, kami berkeliling Malioboro st. Ya, apalagi kalau bukan mencari oleh-oleh.  Bukan orang Indonesia namanya kalau pergi kesuatu tempat tampa membawa oleh-oleh, yakan?HAHA. Pilihan yang disuguhkan yaaa pasti, Batik. Oleh-olehnya? Ya jelas, Batik. Selain itu, ada juga oleh-oleh jajanan khas Yogyakarta, yaitu pathuk (seperti itu kah tulisannya?). Yang jelas sih, kalau di Yogya, kita gausa bingung mau beli jajanan khas nya dimana atau Dagadu dimana dan mau naik apaa, karena bapak-bapak tukang becak disini berbaik hati sekali mengantarkan kita ketempat-tempat tersebut hanya dengan Rp 10.000 saja.
   Saran aku, jika Anda ingin main ke Yogyakarta sih, siapin duit tebelan. Bukan. Bukan perihal tempat wisata, atau penginapan, atau makanannya yang mahal, tapi perihal transportasi. Karena di Yogyakarta tidak memiliki kendaraan umum yang cukup banyak. Ya mereka punya, tapi hanya di rute tertentu (tidak semua rute), dan Anda sebagai pelancong belum cukup paham akan hal itu kan? Maka jalan satu-satunya adalah taksi. Oh ya, belum selesai, tips selanjutnya adalah simpanlah contact person mas tukang taksi nya atau nomer telpon customer service taksinya. Ya, kalau bisa Anda simpan lebih dari satu. Karena jika Anda mengharapkan adanya taksi lewat baru Anda stop, itu sulit, bung! Jarang ada taksi lewat! Kecuali sih di Malioboro st.-nya atau jalan lainnya di tengah kota.
    Tepat jam 6 sore, aku dan bapak sudah berada di St. Tugu untuk kembali ke Jakarta. Well, perjalanan singkat ini cukup menyenangkan.


SEE YOU YOGYA!


Kamis, 07 Mei 2015

Faktor yang Mempengaruhi Kurs


1. Tingkat Inflasi
     Tingkat inflasi suatu negara sangat mempengaruhi nilai mata uangnya. Semakin  rendah tingkat inflasinya maka semakin kuat pula nilai mata uangnya. Hal ini juga berpengaruh pada daya beli masyarakat di negara tersebut. Misalnya, negara A memiliki tingkat infalsi yang cukup tinggi, berarti masyarakat negara A tersebut memiliki daya beli yang rendah dikarenakan nilai mata uang mereka tidak kuat. Sementara itu, di suatu negara ygtingkat inflasinya rendah, memungkinkan masyarakatnya memiliki daya beli yang tinggi yang menjadi kan mereka negara yang makmur. 

2. Suku Bunga
     Bank Indonesia misalnya, dapat turun tangan untuk mengatasi inflasi dan mempengaruhi nilai tukar mata uang dengan mengubah tingkat suku bunga. Jika suku bunga Indonesia tinggi maka permintaan mata uang rupiah akan bertambah dan investor baik lokal maupun mancanegaraakan tertarik berinvestasi demi keuntungan yang lebih besar. Tetapi jika inflasi semakin meningkat investor akan keluar untuk menghindari kerugian sampai bank pusat kembali menaikkan suku bunga. Sebaliknya, jika bank Indonesia menurunkan suku bunga, maka nilai tukar uang akan semakin lemah. 

3. Tingkat Pendapatan yang Relatif
    Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia. 

Rabu, 06 Mei 2015

Kebijakan Ekonomi di Indonesia

Ada beberapa kebijakan ekonomi yang cukup lumrah diketahui khalayak, seperti kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil. Kebijakan-kebijakan ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih baik. 
Adapun perbedaan dari ketiga kebijakan tersebut adalah sasarannya. 

Kebijakan moneter, ada untuk mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat.
           Seperti yang kita ketahui, jumlah uang yang beredar di Indonesia sangat banyak. Bukan berarti masyarakat Indonesia harus miskin untuk mengurangi jumlah uangyang beredar, atau masyarakat Indonesia tergolong masyarakat yang kaya karena banyaknya uang yang beredar, bukan. Artian sesungguhnya disini adalah, BII mencetak uang yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang dimana pasti BII telah mencetak lebih dari yang jumlah yang seharusnya. Kondisi ini membuat angka inflasi di Indonesia kian meningkat karena uang yang beredar tersebut kehilangan nilainya. Anda tahu, 100.000 rupiah dalam sekejap hilang begitu saja dengan mudahnya bukan?
            Untuk itu lah pemerintah kita mengeluarkan kebijakan moneter berupa redenominasi rupiah ataupun sanering. Kebijakan lainnya:  Reserve Requirement Ratio,  Discount Rate,  Open Market Operation.  

Kebijakan fiskal, ada untuk mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah (APBN) yang menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja negara.
Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N)

Kebijakan sektor riil, kebijakan yang menguatkan kepentingan-kepentingan sektor usaha kecil yang ada di masyarakat.
Kebijakan ini dikeluarkan semata untuk pemerataan pertumbuhan ekonomi diberbagai sektor, contoh: bidang pertanian, kelautan, perternakan,dll.

Selasa, 05 Mei 2015

PDB, GDP, GNP dan Pendapatan Perkapita

1. PDB (Produk Domestik Bruto)
    - Merupakan sebuah nilai pasar atas suatu barang atau jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam      
       jangka waktu / periode tertentu.
    - Salah satu cara dalam menghitung pendapatan nasional.
    Dibagi menjadi dua, yaitu
       PDB Riil merupakan PDB atas dasar harga konstan.
       PDB Nominal  merupakan PDB tanpa terpengaruh oleh harga.
     Model perhitungan:
     - Pendekatan pengeluaran
        PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor-impor)
     - Pendekatan pendapatan
        PDB = sewa + upah + bunga + laba 

2. Pendapatan Perkapita

    Merupakan hasil pembagian dari pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. 


3. GDP ( Gross Domestic Product)
     Merupakan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun.
  Y = GDP    
  Y = C + I + G + (X – M)


4. GNP ( Gross National  Product)
     Merupakan nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu (Dobrnbusch : 1981). 

   GNP = GDP - Produk Netto terhadap luar negeri